20 Juli 2007
Auditorium Pusat Studi Jepang UI
Jl Margonda Raya Depok
Pk 13.00-17.00
Peserta:
Pelajar dan Mahasiswa
Tema:
Foto Jurnalistik
Nara Sumber:
Wartawan Foto Kompas
Arbain Rambey
Eddy Hasby
Julian Sihombing
Jhonny TG
Untuk pendaftaran undangan dapat
diperoleh di:
Marcomm Kompas Gd Perintis Lt 5
Jl Kebahagiaan No 4-14 Jakarta
Sekretariat SUMA UI
Senin-Jumat Pk 10.00-16.00
Balhut UI (depan halte stasiun UI)
Senin-Jumat Pk 10.00-16.00
Hub: Aris 085695156272/99921759
Titah 70767377
Biaya Rp 10.000
(sudah termasuk seminar kit, katalog Paemran Foto Terbaik Harian Kompas, sertifikat, snack dan merchandise menarik)
Rabu, Juli 18, 2007
KSpoold, mengubah .doc (word document) & .xls (excel woorksheet) menjadi exe (application)
KSpoold mengemban tugas “jahat” yakni mencari file .DOC dan .XLS di setiap drive removable disk (seperti USB Flash Disk) untuk disusupkan program utama virus ini pada setiap file .DOC dan .XLS yang ditemukan. Setelah disusupi, ekstensi file dokumen .DOC dan .XLS tadi akan berubah menjadi .EXE dan tidak lupa virus akan menyesuaikan icon file dengan jenis dokumen yang diinfeksinya. Selain itu, entah untuk maksud apa, virus ini dapat merusak file database yang berekstensi .MDF, .LDF dan .DBF.
Walau secara pemrograman virus KSpoold termasuk sederhana, namun inovasi yang efektif dan efisien yang dilakukan oleh pembuatnya, seakan membawa pakem baru dalam dunia pervirusan di Indonesia.
Dengan menggunakan Norton AntiVirus 2005, varian ini KSpoold dikenali dengan nama Backdoor.Deft, bahayanya Norton AntiVirus 2005 tanpa kompromi langsung menghapus file yang terinfeksi. Padahal bila saja file yang terinfeksi berisi data penting tentu akan menyusahkan pemiliknya.
Dengan PCMAV SE for KSpoold , sebuah antivirus atau tepatnya serum khusus yang dibuat oleh PCMedia mampu melumpuhkan lima varian dari virus ini secara sempurna, baik di memory, process, maupun di file. Selain itu, file DOC dan XLS yang terinfeksi juga mampu dipulihkan seperti sedia kala, tanpa cacat sedikitpun. Anda pun bisa tenang karena dokumen DOC dan XLS penting milik Anda tetap terselamatkan secara aman.
Walau secara pemrograman virus KSpoold termasuk sederhana, namun inovasi yang efektif dan efisien yang dilakukan oleh pembuatnya, seakan membawa pakem baru dalam dunia pervirusan di Indonesia.
Dengan menggunakan Norton AntiVirus 2005, varian ini KSpoold dikenali dengan nama Backdoor.Deft, bahayanya Norton AntiVirus 2005 tanpa kompromi langsung menghapus file yang terinfeksi. Padahal bila saja file yang terinfeksi berisi data penting tentu akan menyusahkan pemiliknya.
Dengan PCMAV SE for KSpoold , sebuah antivirus atau tepatnya serum khusus yang dibuat oleh PCMedia mampu melumpuhkan lima varian dari virus ini secara sempurna, baik di memory, process, maupun di file. Selain itu, file DOC dan XLS yang terinfeksi juga mampu dipulihkan seperti sedia kala, tanpa cacat sedikitpun. Anda pun bisa tenang karena dokumen DOC dan XLS penting milik Anda tetap terselamatkan secara aman.
Senin, Juli 16, 2007
Putihkan Senayan !!!
Untuk pertandingan melawan Korea Selatan pada Rabu (18/7) sore nanti, timnas Indonesia menggunakan kostum putih-hijau- putih. Oleh karena itu, layak kiranya jika diserukan: putihkan Senayan!
Himbauan untuk memutihkan Senayan ini diserukan oleh Ketua Umum PSSI Nurdin Halid dan chef delegation timnas Indonesia Nirwan Dermawan Bakrie, Minggu (15/7). Kedua petinggi institusi sepakbola nasional itu meminta agar seluruh pendukung timnas Indonesia menggunakan kaus berwarna putih saat pertandingan melawan Korsel nanti.
"Dukungan puluhan ribu penonton akan menambah semangat juang dan motivasi para pemain timnas. Hal itu sudah terbukti pada dua pertandingan sebelumnya," kata Nurdin Halid.
Nirwan Dermawan Bakrie yang juga wakil ketua umum PSSI menyatakan keyakinannya bahwa suporter Indonesia akan tetap berbondong-bondong ke Senayan untuk menyaksikan pertandingan timnya.
"Ini merupakan pertandingan hidup-mati untuk timnas dan saya yakin dukungan suporter akan membuat semangat juang mereka berlipat-lipat, " kata Nirwan Bakrie.
Menurut keterangan asisten tim manajer Chandra Solehan, jika timnas Indonesaia mengenakan kostum putih-hijau- putih maka tim Korsel akan memakai kostum berwarna merah-merah- merah.
"Jadi wajar kalau kita lupakan dulu warna merah dan memakai warna putih Rabu nanti. Ini pertandingan menentukan. Kemenangan akan membuahkan sejarah bagi Indonesia," kata Chandra Solehan.
Dia menyebutkan, kendati beberapa pemain masih dilibat cedera dan sejumlah pemain inti tak bisa diturunkan karena akumulasi kartu kuning, namun timnas Merah Putih tetap optimistis menghadapi pertandingan menentukan lawan Korsel itu. "Kita tetap siaga satu," tegas Chandra Solehan.
Himbauan untuk memutihkan Senayan ini diserukan oleh Ketua Umum PSSI Nurdin Halid dan chef delegation timnas Indonesia Nirwan Dermawan Bakrie, Minggu (15/7). Kedua petinggi institusi sepakbola nasional itu meminta agar seluruh pendukung timnas Indonesia menggunakan kaus berwarna putih saat pertandingan melawan Korsel nanti.
"Dukungan puluhan ribu penonton akan menambah semangat juang dan motivasi para pemain timnas. Hal itu sudah terbukti pada dua pertandingan sebelumnya," kata Nurdin Halid.
Nirwan Dermawan Bakrie yang juga wakil ketua umum PSSI menyatakan keyakinannya bahwa suporter Indonesia akan tetap berbondong-bondong ke Senayan untuk menyaksikan pertandingan timnya.
"Ini merupakan pertandingan hidup-mati untuk timnas dan saya yakin dukungan suporter akan membuat semangat juang mereka berlipat-lipat, " kata Nirwan Bakrie.
Menurut keterangan asisten tim manajer Chandra Solehan, jika timnas Indonesaia mengenakan kostum putih-hijau- putih maka tim Korsel akan memakai kostum berwarna merah-merah- merah.
"Jadi wajar kalau kita lupakan dulu warna merah dan memakai warna putih Rabu nanti. Ini pertandingan menentukan. Kemenangan akan membuahkan sejarah bagi Indonesia," kata Chandra Solehan.
Dia menyebutkan, kendati beberapa pemain masih dilibat cedera dan sejumlah pemain inti tak bisa diturunkan karena akumulasi kartu kuning, namun timnas Merah Putih tetap optimistis menghadapi pertandingan menentukan lawan Korsel itu. "Kita tetap siaga satu," tegas Chandra Solehan.
sumber : http://www.pssi-football.com
Jumat, Juli 13, 2007
About Bridge of Youth 2007
We are the Positive Movement, a non profit organization from Indonesia that worked to campaign the positive values and building the awareness to make positive changes in our community.
We are organizing program called BRIDGE of YOUTH 2007: ASEAN in our hands. This program will gather 100 youth age 17-25 from all over ASEAN countries to learn more about ASEAN, its challenges and how can we work together as one ASEAN to overcome the problems in each country. The program will be hold in Kuta, Bali Indonesia from 5th-11th August, 2007.
The program will be vary from discussion with the experts in ASEAN to outbound and social action for community. The following objectives from this program are:
We will be supporting 90% of the local board, lodging and meals during the event. We also encourage all the participants to cover their own air travel costs and domestic expenses such as airport tax, and visa (if needed).
The application form, brochure and further information about the program please contact us at:
The BRIDGE of YOUTH Committee
Contact person:
1. Fadil : +6281807916176
2. Inay : +62811949594
Email: BOY2007@positivemovementindonesia.org
Website:http://www.positivemovementindonesia.org/boy2007
We are organizing program called BRIDGE of YOUTH 2007: ASEAN in our hands. This program will gather 100 youth age 17-25 from all over ASEAN countries to learn more about ASEAN, its challenges and how can we work together as one ASEAN to overcome the problems in each country. The program will be hold in Kuta, Bali Indonesia from 5th-11th August, 2007.
The program will be vary from discussion with the experts in ASEAN to outbound and social action for community. The following objectives from this program are:
- To educate young people about ASEAN and its problems
- To encourage young people to actively taking the real actions to solved the ASEAN problems
- To promote team work, tolerance, and peace towards the people from different and diverse backgrounds.
We will be supporting 90% of the local board, lodging and meals during the event. We also encourage all the participants to cover their own air travel costs and domestic expenses such as airport tax, and visa (if needed).
The application form, brochure and further information about the program please contact us at:
The BRIDGE of YOUTH Committee
Contact person:
1. Fadil : +6281807916176
2. Inay : +62811949594
Email: BOY2007@positivemovementindonesia.org
Website:http://www.positivemovementindonesia.org/boy2007
Categories :
Agenda,
Asean,
English,
International,
Teenage
Senin, Juli 09, 2007
Dukung Tim Sepak Bola Indonesia di AFC ASIAN CUP 2007
Selasa, Awal Perjuangan Menegangkan
Hari Selasa, tepatnya, mulai pukul 17.25 wib, timnas senior Indonesia akan memulai perjuangannya di kontes Piala Asia 2007 dengan menghadapi Bahrain. Serupa dengan Indonesia, yang walau menjadi tuan rumah tetap dianggap sebagai tim kuda hitam, maka Bahrain pun masuk dalam kategori tim underdog.
Oleh karena itu, Indonesia mau pun Bahrain sama-sama bertekad untuk memenangkan pertandigan perdana di penyisihan Grup D ini untuk membuka peluang lolos ke putaran kedua atau babak perempat-final.
Arab Saudi dan Korea Selatan adalah dua 'raksasa' yang sulit dikalahkan dan karena itu menjadi target sebagai dua tim yang harus dijinakkan. Kemenangan pada partai pertama akan menjadi modal besar dalam menyajikan sebuah penampilan yang bisa merepotkan Arab Saudi atau Korsel.
Ketika hitung mundur menuju dimulainya rangkaian pertarungan penyisihan Grup D semakin mendekat, ketika atmosfir ketegangan semakin meningkat, dibutuhkan kejelian dan kecermatan tim pelatih mau pun manajemen tim secara keseluruhan untuk membuat nuansa kebersamaan diantara seluruh pemain kian mengental. Tak terkecuali di tim Indonesia. Dalam konteks ini bisa dikatakan bahwa manajemen timnas yang langsung berada di bawah komando Wakil Ketua Umum PSSI Nirwan Dermawan Bakrie selaku chef de mission berupaya optimal dalam melakukannya.
"Kami hanya mencoba memfasilitasi apa yang terbaik untuk para pemain, walau pun mungkin yang kami berikan belum sepenuhnya sesuai dengan keinginan mereka," ungkap Nirwan Dermawan Bakrie ketika disinggung mengenai upaya-upaya yang coba dilakukan untuk meningkatkan sinergi dalam timnas senior.
Masih dalam konteks kebersamaan dalam tim itu, Nirwan Dermawan Bakrie tak urung melontarkan pujiannya atas pemberitaan pers yang dinilainya telah ikut mendorong semakin tumbuhnya atmosfir yang baik balam timnas.
"Setahu saya tak ada pers yang membuat pemberitaan negatif tentang timnas. Memang selalu ada kritik, tetapi saya senang karena kritiknya sangat konstruktif, mengurai masalah namun tetap dengan memberikan jalan keluar," ujar Nirwan Bakrie.
"Semua fokus untuk timnas, karena semuanya menyadari bahwa perjuangan timnas memang sangat berat. Tetapi kita sama-sama yakin bahwa di sepakbola selalu ada kejutan, dan itulah yang sama-sama kita harapkan dari Piala Asia 2007 ini," jelas Nirwan Bakrie.
Nirwan sendiri meminta maaf karena dia tak bisa sepenuhnya memfokuskan diri untuk Piala Asia, misalnya dengan mencoba sesering mungkin bisa dekat dan berdialog dengan para pemain timnas. Namun, dia gembira karena pendelegasian kewenangan dalam timnas telah berjalan dengan baik, sehingga tak ada pernik permasalahan yang muncul dalam manajemen timnas.
"Hubungan manajemen dengan tim, baik dengan pelatih mau pun pemain, berjalan sangat baik," pujinya. Selasa sore, ketika para pemainnya berlaga dengan Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Nirwan berjanji untuk mendampingi mereka dengan duduk di bangku cadangan.
"Insya Allah, saya akan duduk bersama mereka, dan melihat mereka meraih kemenangan," tuturnya.
Manajer tim Andi Darussalam Tabusalla menyatakan, secara pribadi dia sudah meminta agar Nirwan Bakrie yang pimpinan delegasi timnas Indonesia bisa duduk bersamanya di bench tim Indonesia.
"Saya juga katakan padanya, Insya Allah kita akan menang," tegas Andi Darussalam Tabusalla.
Menyoal kembali kebersamaan dalam tim, deputi manajer H.M.Chandra Solehan, asisten pelatih Syamsudin Umar, mau pun dokter tim Zaini Khadafi Saragih sama-sama mengemukakan bahwa atmosfir atau nuansa kebersamaan dalam timnas tetap terjaga hingga jam-jam terakhir menuju dimulainya rangkaian pertarungan penyisihan Grup D Piala Asia 2007 ini.
"Tak ada yang (pemain) yang merasa lebih senior, sementara yang baru tampil di Piala Asia pun tak punya beban mental. Saya kira suasana dalam tim ini benar-benar kondusif," jelas Chandra Solehan.
Asisten pelatih Syamsudin Umar menyatakan, semakin tumbuhnya kebersamaan dalam tim karena adanya hubungan yang harmonis diantara tim pelatih, pelatih dengan pemain mau pun antara sesama pemain.
"Jadi memang hampir tak ada jarak diantara pemain," katanya.
Menurut keterangan dokter Zaini, seluruh pemain sangat menyadari bahwa mereka menghadapi sebuah pertarungan yang besar dan karenanya harus disikapi secara profesional. "Karena itu dalam latihan pun tak ada pemain yang mengeluh, semuanya bersikap gembira," katanya.(adi)
Student Learning Center (SLC)
Student Learning Center (SLC) menyediakan les privat untuk Math specialist SMP, SMA dan Universitas untuk bidang Matematika dan eksakta lainnya termasuk Kalkulus, Aljabar, Discrete Math, Analisis, Geometri dll.
Pengajar berkualitas dan berpengalaman di bidangnya.
Pengajar datang ke rumah/tempat siswa.
Bisa untuk sendiri atau group.
Untuk Jakarta Jadwal bisa disesuaikan.
Biaya dapat dilihat selengkapnya di website:
www.belajar.cjb.net
Untuk info lebih lanjut:
02198911380 / 081807276500
Pengajar berkualitas dan berpengalaman di bidangnya.
Pengajar datang ke rumah/tempat siswa.
Bisa untuk sendiri atau group.
Untuk Jakarta Jadwal bisa disesuaikan.
Biaya dapat dilihat selengkapnya di website:
www.belajar.cjb.net
Untuk info lebih lanjut:
02198911380 / 081807276500
Sabtu, Juli 07, 2007
Wimbledon dan Tradisinya
Awalnya adalah sebuah kejadian, selanjutnya tradisi, lalu menjadi nilai, dan kemudian terkemas menjadi prosesi mistis.
Setidaknya itu yang saya rasakan setiap kali turnamen tenis Wimbledon digelar di London ini.
Saya seringkali tertawa, sekaligus kagum, dengan kemampuan orang Inggris ini untuk membuat satu peristiwa biasa menjadi prosesi ritual yang membekap orang atau mereka yang terlibat dengan aura mistis ini.
Upacara pemberian piala di Wimbledon ini ditiru oleh turnamen tenis lain di dunia. Minus tentu saja kehadiran perwakilan kerajaan Inggris yang menyerahkan piala kepada pemenang maupun bungkukan badan si juara terhadap wakil kerajaan itu.
Saya senang mengikuti final piala Wimbledon karena seperti prosesi menuju ektasi, sejak pemain masuk ke lapangan hingga pemberian pialanya diatur sedemikian rupa hingga emosi terbangun perlahan menuju puncak.
Seperti anda ketahui ditengah dilangsungkannya turnamen tenis paling terkenal di dunia ini, London terancam dua bom yang gagal meledak di pusat kota.
Pihak keamanan pun meningkatkan pengawasan di semua tempat yang menjadi potensi ancaman termasuk Wimbledon. Blok-blok pembatas beton pun dipasang dibeberapa tempat masuk ke kompleks Wimbledon di London Barat itu.
Tetapi, sekali lagi dasar orang Inggris. Blok pembatas beton berwarna kelabu itu tidak dibiarkan begitu saja, tetapi dicat dengan warna hijau pupus warna tradisional kompleks Wimbledon.
Para petenis yang berlaga sampai geleng-geleng kepala, "Kok ya sempat-sempatnya memikirkan yang seperti itu."
Kesetiaan terhadap tradisi yang beralih menjadi nilai dan menebar aroma mistis ini memang sangat disukai para petenis yang berlaga. Mereka bertanding di Wimbledon karena menghadirkan sesuatu yang berbeda dibanding turnamen grand slam lain, apalagi kalau dibandingkan hanya sekadar turnamen biasa.
Tetapi di sinilah cerminan permasalahan dalam penyelenggaraan Wimbledon. Ketelitian dan kesetiaan terhadap tradisi seringkali menyingkirkan kepraktisan dan dalam beberapa akal sehat.
Bagi anda yang pernah berkunjung ke Inggris, pasti mengerti bahwa hujan adalah keseharian di Inggris ini. Tidak peduli dengan musim.
Sudah berpuluh-puluh tahun hujan ini mengganggu jadwal pertandingan tetapi baru tahun lalu panitia berencana untuk menjadikan lapangan utama sebagai lapangan tertutup. Hanya lapangan utama bukan yang lain. Tahun depan rencananya proyek itu akan selesai. Tetapi tahun ini mereka terlanjur rugi setidaknya satu juta poundsterling karena gangguan hujan.
Lamanya pemikiran itu muncul karena, salah satunya, panitia menganggap gangguan hujan sebagai tradisi. Merupakan ujian psikologis bagi para pemain untuk selalu siap bermain kapan mereka diharuskan. Bermain di Wimbledon harus siap terganggu hujan. Itu salah satu seninya yang membedakan dengan turnamen lain. Alasan yang bisa kita katakan "ada-ada saja." Tetapi demikian adanya.
Pengaturan jadwal juga sulit dipahami. Panitia ngotot bahwa kalau ada pertandingan yang tertunda, maka ia tidak secara otomatis dimainkan sebagai pertandingan pertama keesokan harinya. Tetapi menunggu permainan yang dijadwalkan hari itu selesai dulu baru waktu yang tersisa dialokasikan untuk pertandingan yang tertunda. Anda bisa bayangkan kalau bukan hanya satu dua pertandingan tertunda. Maka mundurnya akan lebih lama lagi.
Ini juga dianggap sebagai sebuah peraturan yang sudah mentradisi. Padahal apa susahnya untuk mengganti peraturan. Toh pada awalnya peraturan itu hanyalah sebuah kesepakatan yang dulunya juga dianggap sebagai praktis tetapi sekarang perlu diperbaiki.
Tahukah juga anda bahwa pembelian tiket via online baru mulai diujicobakan tahun ini? Jauh tertinggal dari turnamen-turnamen lain. Saya tidak tahu mengapa baru sekarang diujicobakan.
Saya bercuriga saja, jangan-jangan antri tiket berjam-jam, bahkan biasa kalau sampai ada yang berkemah, juga dianggap sebagai tradisi yang sayang kalau hilang. Mungkin ini juga dianggap sebagai ritual karena banyaknya orang Inggris ini yang sengaja mengambil cuti tahunannya untuk antri dan menonton Wimbledon.
Saya sih cukup senang kalau menonton Wimbledon dari siaran TV BBC yang komplit menyiarkan setiap pertandingan. Atau kalaupun datang ke Wimbledon cukup puas menonton pertandingan di luar lapangan utama ataupun lapangan satu.
Yang lebih sering lagi cuma duduk di gundukan tanah yang membukit bersama ribuan penonton tanpa tiket, menonton dari layar lebar. Yang celakanya juga menjadi bagian dari tradisi menonton Wimbledon.
Dikutip dari detiksport.com
Setidaknya itu yang saya rasakan setiap kali turnamen tenis Wimbledon digelar di London ini.
Saya seringkali tertawa, sekaligus kagum, dengan kemampuan orang Inggris ini untuk membuat satu peristiwa biasa menjadi prosesi ritual yang membekap orang atau mereka yang terlibat dengan aura mistis ini.
Upacara pemberian piala di Wimbledon ini ditiru oleh turnamen tenis lain di dunia. Minus tentu saja kehadiran perwakilan kerajaan Inggris yang menyerahkan piala kepada pemenang maupun bungkukan badan si juara terhadap wakil kerajaan itu.
Saya senang mengikuti final piala Wimbledon karena seperti prosesi menuju ektasi, sejak pemain masuk ke lapangan hingga pemberian pialanya diatur sedemikian rupa hingga emosi terbangun perlahan menuju puncak.
Seperti anda ketahui ditengah dilangsungkannya turnamen tenis paling terkenal di dunia ini, London terancam dua bom yang gagal meledak di pusat kota.
Pihak keamanan pun meningkatkan pengawasan di semua tempat yang menjadi potensi ancaman termasuk Wimbledon. Blok-blok pembatas beton pun dipasang dibeberapa tempat masuk ke kompleks Wimbledon di London Barat itu.
Tetapi, sekali lagi dasar orang Inggris. Blok pembatas beton berwarna kelabu itu tidak dibiarkan begitu saja, tetapi dicat dengan warna hijau pupus warna tradisional kompleks Wimbledon.
Para petenis yang berlaga sampai geleng-geleng kepala, "Kok ya sempat-sempatnya memikirkan yang seperti itu."
Kesetiaan terhadap tradisi yang beralih menjadi nilai dan menebar aroma mistis ini memang sangat disukai para petenis yang berlaga. Mereka bertanding di Wimbledon karena menghadirkan sesuatu yang berbeda dibanding turnamen grand slam lain, apalagi kalau dibandingkan hanya sekadar turnamen biasa.
Tetapi di sinilah cerminan permasalahan dalam penyelenggaraan Wimbledon. Ketelitian dan kesetiaan terhadap tradisi seringkali menyingkirkan kepraktisan dan dalam beberapa akal sehat.
Bagi anda yang pernah berkunjung ke Inggris, pasti mengerti bahwa hujan adalah keseharian di Inggris ini. Tidak peduli dengan musim.
Sudah berpuluh-puluh tahun hujan ini mengganggu jadwal pertandingan tetapi baru tahun lalu panitia berencana untuk menjadikan lapangan utama sebagai lapangan tertutup. Hanya lapangan utama bukan yang lain. Tahun depan rencananya proyek itu akan selesai. Tetapi tahun ini mereka terlanjur rugi setidaknya satu juta poundsterling karena gangguan hujan.
Lamanya pemikiran itu muncul karena, salah satunya, panitia menganggap gangguan hujan sebagai tradisi. Merupakan ujian psikologis bagi para pemain untuk selalu siap bermain kapan mereka diharuskan. Bermain di Wimbledon harus siap terganggu hujan. Itu salah satu seninya yang membedakan dengan turnamen lain. Alasan yang bisa kita katakan "ada-ada saja." Tetapi demikian adanya.
Pengaturan jadwal juga sulit dipahami. Panitia ngotot bahwa kalau ada pertandingan yang tertunda, maka ia tidak secara otomatis dimainkan sebagai pertandingan pertama keesokan harinya. Tetapi menunggu permainan yang dijadwalkan hari itu selesai dulu baru waktu yang tersisa dialokasikan untuk pertandingan yang tertunda. Anda bisa bayangkan kalau bukan hanya satu dua pertandingan tertunda. Maka mundurnya akan lebih lama lagi.
Ini juga dianggap sebagai sebuah peraturan yang sudah mentradisi. Padahal apa susahnya untuk mengganti peraturan. Toh pada awalnya peraturan itu hanyalah sebuah kesepakatan yang dulunya juga dianggap sebagai praktis tetapi sekarang perlu diperbaiki.
Tahukah juga anda bahwa pembelian tiket via online baru mulai diujicobakan tahun ini? Jauh tertinggal dari turnamen-turnamen lain. Saya tidak tahu mengapa baru sekarang diujicobakan.
Saya bercuriga saja, jangan-jangan antri tiket berjam-jam, bahkan biasa kalau sampai ada yang berkemah, juga dianggap sebagai tradisi yang sayang kalau hilang. Mungkin ini juga dianggap sebagai ritual karena banyaknya orang Inggris ini yang sengaja mengambil cuti tahunannya untuk antri dan menonton Wimbledon.
Saya sih cukup senang kalau menonton Wimbledon dari siaran TV BBC yang komplit menyiarkan setiap pertandingan. Atau kalaupun datang ke Wimbledon cukup puas menonton pertandingan di luar lapangan utama ataupun lapangan satu.
Yang lebih sering lagi cuma duduk di gundukan tanah yang membukit bersama ribuan penonton tanpa tiket, menonton dari layar lebar. Yang celakanya juga menjadi bagian dari tradisi menonton Wimbledon.
Dikutip dari detiksport.com
Langganan:
Postingan (Atom)